Oleh: Mardani, S.Ag (Guru Al-Qur’an Hadis MAN 1 Gunungkidul)
Pendidikan dan pembelajaran di era
digital membawa banyak potensi positif dengan teknologi yang dapat meningkatkan
aksesibilitas dan interaktifitas. Aksesibilitas yang meningkat seperti
teknologi digital telah membuka akses pendidikan bagi orang-orang di seluruh
dunia, terlepas dari lokasi geografis, latar belakang ekonomi, atau kemampuan
fisik mereka. Namun, perlu keseimbangan agar esensi pendidikan tradisional
tetap terjaga. Pendidik harus mampu berkomunikasi dan beradaptasi dengan
perkembangan saat ini, dalam hal ini perkembangan teknologi. Selain itu,
seiring berjalannya waktu, hal ini sebanding dengan berkembangnya permasalahan
yang memerlukan penyelesaian dengan menggunakan pemikiran tingkat tinggi.
Era digital
telah membawa revolusi besar di berbagai sektor kehidupan, termasuk pendidikan.
Perubahan ini tidak hanya sebatas mengganti papan tulis dengan layar proyektor,
melainkan telah mengubah cara kita belajar, mengakses informasi, dan
berinteraksi. Sistem pendidikan saat ini dituntut untuk beradaptasi,
berinovasi, dan memanfaatkan teknologi secara bijak. Transformasi ini menjadi
kunci dalam menciptakan generasi yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga
memiliki kemampuan berpikir kritis dan beradaptasi dengan dinamika dunia
modern. Dengan demikian, pendidikan di era digital bukan lagi pilihan,
melainkan sebuah keharusan untuk tetap relevan dan efektif dalam mencetak
individu-individu yang siap menghadapi tantangan global.
Era digital
telah membawa perubahan revolusioner dalam dunia pendidikan, menuntut setiap
pendidik untuk beradaptasi. Bagi guru Al-Qur'an Hadis, tantangan ini menjadi
lebih kompleks. Mereka tidak hanya harus mahir dalam materi, tetapi juga mampu
menjadi jembatan antara nilai-nilai spiritual dan realitas kehidupan modern
yang serba digital. Era digital tentu
saja mengubah cara kita belajar dan mengajar secara fundamental. Bagi guru Al-Qur'an Hadis, ini adalah era penuh
tantangan sekaligus peluang. Tantangannya bukan hanya soal menguasai teknologi,
tetapi bagaimana memastikan ajaran suci ini tetap relevan dan bisa diamalkan
oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari yang serba cepat dan penuh distraksi.
Di dunia
pendidikan, digitalisasi akan mendatangkan kemajuan yang sangat cepat, yakni
munculnya beragam sumber belajar dan merebaknya media massa, khususnya internet
dan media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Dampaknya adalah
guru/pendidik bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Hasilnya, para siswa
bisa menguasai pengetahuan yang belum dikuasai oleh guru. Oleh karena itu,
tidak mengherankan pada era digital ini, wibawa guru khususnya dan orang tua
pada umumnya di mata siswa merosot.
Menjadi
pendidik di era digital membutuhkan usaha yang lebih keras jika dibandingkan
dengan puluhan tahun ke belakang. Berkembangnya dunia digital terkadang membuat
hubungan guru dan siswa tidak lagi seperti yang diharapkan. Jika dahulu siswa
sangat menantikan guru sebagai wasilah datangnya ilmu dan wawasan baru,
namun saat ini hal itu tidak terjadi lagi. Bukan hanya itu, siswa juga bisa
menjadi bermasalah dengan adanya arus informasi yang tanpa diseleksi, sehingga
apa yang diperoleh melalui informasi digital melebihi apa yang seharusnya ia
pelajari.
Kemajuan
teknologi dalam pembelajaran idealnya dapat dimanfatkan oleh pendidik dalam
meningkatkan potensi peserta didik, bukan sebaliknya. Kemampuan menggunakan
teknologi informasi antara siswa milenial dengan masa sebelumnya tentu berbeda.
Sehingga dengan bekal pengusaan teknologi informasi ini dapat dijadikan sebagai
nilai tambah dalam menunjang kegiatan belajar siswa di kelas. Jika pendekatan
ini dapat dimentenence dengan baik maka siklus kegiatan belajar mengajar
akan berjalan lebih cepat dengan variasi kegiatan yang lebih variatif. Bukan
sebaliknya, karena keterbatasan seorang pendidik dalam menggunakan teknologi
informasi lalu membatasi gerak siswa dalam menggunakannya (Dhitta Putri
Saraswati, Mendidik Pemenang Bukan Pecundang, (Yogyakarta: PT. Bentang
Pustaka, 2016), hal. 14).
Pendekatan
pembelajaran di era digital seharusnya memberikan ruang bagi siswa untuk
belajar seketika (immediacy of learning). Hal ini dapat mengurangi
jurang pemisah antara di dalam dan di luar sekolah. Perlu diperhatikan gaya
belajar siswa era digital bukan saja meneliti dan mengamati objek yang hanya
ada di ruang kelas, akan tetapi mereka juga terbiasa menyimpan dan mengumpulkan
berbagai informasi yang diperoleh dari ruang-ruang selain ruang kelas. Selain
itu, siswa di era milenial juga terbiasa mengungkapkan pengetahuannya secara
langsung tanpa perlu dikonsep atau dipersiapkan terlebih dahulu seperti
siswa-siswa pada masa sebelum ini. Perpaduan kemampuan baru ini tentu
membutuhkan konsep pendekatan yang tepat agar keberadaan siswa di kelas
dianggap penting sehingga siswa memiliki semangat dan spirit tinggi untuk
menyelesaikan tugas belajarnya dengan lebih baik (Dewi Salma Prawiradilaga,
dkk., Mozaik Teknologi Pendidikan: E-Learning, (Jakarta: Kencana, 2013),
hal. 10)
Pergeseran
Peran Guru: Dari Pengajar Menjadi Mentor
Di masa lalu,
peran guru adalah sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Namun, di era
digital, peran ini bergeser secara fundamental. Informasi tersedia di mana
saja, kapan saja. Oleh karena itu, guru Al-Qur'an Hadis harus bertransformasi
dari sekedar pengajar (mu'allim) menjadi mentor (murabbi) yang membimbing, memotivasi,
dan menjadi teladan.
Peran baru ini
meliputi:
· Fasilitator
Pembelajaran
Guru membantu
siswa menavigasi lautan informasi digital, membedakan mana yang benar dan mana
yang salah, serta menghubungkan konsep-konsep Al-Qur'an Hadis dengan isu-isu
kontemporer.
· Teladan Akhlak
Digital
Guru tidak
hanya mengajarkan akhlak mulia, tetapi juga mencontohkannya dalam interaksi
digital. Mulai dari cara berkomunikasi di media sosial hingga menyebarkan
konten yang positif dan bermanfaat.
· Penumbuh
Karakter
Menggunakan
teknologi sebagai alat untuk membentuk karakter siswa, misalnya dengan
mendorong mereka berpartisipasi dalam proyek sosial atau kegiatan keagamaan
berbasis digital.
Tantangan Guru Al-Qur'an Hadis di Era Digital
1. Distraksi
Digital
Siswa sering teralihkan oleh media sosial dan
hiburan online. Ini membuat mereka sulit fokus pada materi yang membutuhkan
perenungan mendalam.
2. Pergeseran
Nilai
Banyak siswa memandang ajaran agama sebagai
sesuatu yang kuno dan tidak sesuai dengan gaya hidup modern. Mereka mencari
validasi dari figur publik di dunia maya, bukan dari ulama atau guru.
3. Akses Informasi
yang Tidak Terverifikasi
Internet dipenuhi dengan informasi agama,
tetapi tidak semuanya benar. Siswa bisa salah memahami ajaran jika tidak
mendapat bimbingan yang tepat. Allah SWT berfirman:
وَلا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu
yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra': 36)
Strategi
Pembelajaran Al-Qur’an Hadis yang Inovatif
Agar siswa
tidak hanya sekedar memahami, tetapi juga mengamalkan ajaran Al-Qur'an dan
Hadis, guru perlu menggunakan pendekatan yang lebih kreatif dan inovatif.
1. Integrasi Teknologi dan Konten Islami
Guru bisa menggunakan media digital untuk
membuat materi lebih menarik, misalnya:
- Video dan Animasi
Buat video pendek tentang kisah-kisah teladan
dalam Al-Qur'an atau hadis yang relevan dengan kehidupan siswa.
- Platform Interaktif
Gunakan aplikasi kuis atau game edukasi yang
berbasis materi Al-Qur'an Hadis.
- Vlog atau Podcast Siswa
Ajak siswa membuat konten digital
(vlog/podcast) yang membahas hikmah dari satu ayat atau hadis, dan bagaimana
menerapkannya dalam situasi sehari-hari.
2. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based
Learning)
Ajak siswa untuk melakukan proyek nyata yang
berhubungan dengan materi, contoh:
- Proyek Sosial
Minta siswa mengumpulkan donasi atau membantu
sesama, lalu kaitkan pengalaman itu dengan hadis tentang keutamaan sedekah.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ
لِلنَّاسِ
"Orang yang paling dicintai Allah adalah
orang yang paling bermanfaat bagi manusia."
(HR. Ahmad)
- Aktivitas Lingkungan
Ajak siswa menanam pohon atau membersihkan
lingkungan. Jelaskan bahwa menjaga alam adalah bagian dari iman, sesuai dengan
firman Allah SWT:
وَلا
تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ
رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya. Berdo’alah kepadaNya dengan rasa
takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan
orang-orang yang berbuat baik". (QS. Al-A'raf: 56)
Peran Guru Al-Qur’an
Hadis sebagai Fasilitator dan Teladan
Di era digital,
peran guru Al-Qur'an Hadis tidak lagi hanya sebagai pemberi materi. Guru harus
menjadi fasilitator dan teladan yang hidup.
· Bangun
Komunikasi Personal
Manfaatkan grup chat atau forum online untuk
membangun kedekatan dengan siswa, memberikan motivasi, dan menjawab pertanyaan
mereka secara pribadi.
· Tunjukkan
Keteladanan
Guru harus menjadi contoh nyata dalam ucapan
dan perbuatan. Siswa akan lebih tergerak mengamalkan ajaran jika melihat
gurunya sendiri konsisten.
Pendidikan
Al-Qur'an Hadis di era digital adalah tentang menanamkan nilai-nilai luhur di
hati siswa. Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاق
"Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad)
Dengan
menggabungkan nilai-nilai spiritualitas dan teknologi, guru Al-Qur'an Hadis
dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara digital, tetapi juga
kokoh imannya, dan mampu mengamalkan ajaran agama dalam setiap aspek kehidupan.
Dinamika dalam dunia pendidikan akan terus terjadi seiring dengan
perubahan itu sendiri. Karenanya unsur ini bergerak dengan dinamis, sehingga
faktor eksternal juga faktor internal yang ditimbulkannya harus diimbangi
dengan langkah yang tepat dan akomodatif. Perubahan pola pendidikan dunia dan
perubahan kurikulum, idealnya dijadikan sebagai spirit untuk membangkitkan
semngat juang dalam memajukan pendidikan dan bukan malah sebaliknya, adanya
perubahan tersebut malah menyurutkan daya juang seorang pendidik.
Dalam konteks pengajaran, guru yang hadir di era digital harus
dapat mengikuti ritme dan irama yang berkembang di masa ini, seorang pendidik
tidak boleh statis dengan statusnya yang dulu, sehingga guru dapat mengikuti
perkembangan secara dinamis serta dapat memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi sebagai salah satu media dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang
pengajar. Kehadiran guru di kelas dengan kemajuan teknologi harus dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber belajar yang memiliki nilai kebaruan,
sehingga akses informasi yang diberikan oleh guru sebagai pendidik dan siswa
sebagai peserta didik bisa lebih banyak, variatif dan konstruktif.
Pembelajaran di era digital memiliki karakteristik yang berbeda
dengan pembelajaran siswa pada masa sebelum ini, generasi di era ini adalah
meraka yang berkakter digital netive. Siswa pada masa ini lahir, tumbuh
dan besar bersentuhan langsung dengan dunia digital, sehingga arus informasi
yang diperoleh akan berbeda dengan siswa sebelumnya. Oleh karenanya, guru
sebagai mitra dalam belajar hatrus mampu mendesain kegiatan pembelajaran
sehingga siswa memperoleh informasi lebih banyak dibanding waktu yang disediakan.
Guru Al-Qur’an
Hadis sebagai Agen Perubahan
Pada akhirnya,
peran guru Al-Qur'an Hadis di era digital adalah menjadi agen perubahan yang
mampu menjembatani ilmu agama dengan realitas modern. Mereka harus menjadi
teladan, fasilitator, dan mentor yang membimbing siswa untuk tidak hanya
memahami Al-Qur'an Hadis, tetapi juga menginternalisasi dan mengamalkannya
dalam setiap aspek kehidupan. Dengan demikian, pendidikan Al-Qur'an Hadis akan
tetap relevan, bermanfaat, dan mampu membentuk generasi Muslim yang berkarakter
kuat di tengah laju perkembangan teknologi.
Demikian akhir dari tulisan ini, semoga dapat menginspirasi dan
dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru/pendidik,
baik saat merencanakan, melakukan hingga mengevaluasi proses belajar mengajar
secara keseluruhan.